aRtmGj9nYCRgAUanjInMp3gEbQOqXBW58gLhi6IP

Cari Blog Ini

Pages

ILMU MAKKIYAH & MADANIYAH


Terdapat empat kriteria untuk menentukan ayat Makkiyah dan Madaniyah:

1.  Teori geografis/Makani (mulaahadhatu makaani nuzul) yaitu: teori yang berorientasi pada tempat turunnya al-Qur’an.
Ayat Makkiyah adalah ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya (Mina, Arafah, Hudaibiyah, dsb), baik waktu turunnya ketika Nabi sebelum hijrah atau sesudah hijrah. Sedang ayat Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya (Badar, Uhud, dsb), baik sebelum maupun sesudah hijrah.
Kelebihan teori ini: hasil rumusan pengertian Makki dan Madani jelas dan tegas.
Kelemahannya: tidak semua ayat turun di kedua tempat tersebut.

2.  Teori subyektif/khitobi (mulaahadhatu mukhaathabiina fi nuzul) yaitu: teori yang berorientasi pada subyek siapa yang dipanggil (khitab) dalam ayat.
Jika subyeknya orang Makkah, maka ayatnya disebut Makkiyah, diantaranya: yaa ayyuhannaasu, yaa ayyuhalladhina kafaruu, yaa bani aadama. Jika subyeknya orang Madinah, maka ayatnya disebut Madaniyah, diantaranya: yaa ayyuhalladhiina aamanuu.
Kelebihan teori ini: rumusannya lebih mudah dimengerti, sebab dengan memakai kriteria khitab lebih cepat dikenal.
Kelemahannya: pengertiannya tidak dapat dijadikan batasan/definisi karena tidak bisa mencakup seluruh ayat al-Quran. Kriterianya juga tidak dapat berlaku secara menyeluruh, ada ayat yang dimulai yaa ayyuhalladhina aamanu tapi yang dimaksud Makkiyah. Begitu pula ada ayat yang dimulai dengan yaa ayyuhannaasu, tapi yang dimaksud Madaniyah.

3.  Teori historis/zamani (mulahadhatu zamaanin nuzul): teori yang beorientasi pada sejarah waktu turunnya al-Quran (yang dijadikan tonggak sejarah adalah hijrahnya nabi).
Kelebihannya: menurut para mufassir teori ini dianggap yang paling benar, sebab rumusannya mencakup seluruh ayat al-Quran sehingga dapat dijadikan batasan/definisi.
Kelemahannya: seringkali menyebabkan kejanggalan, sebab ayat yang nyata-nyata turun di Makkah dianggap Madaniyah hanya karena turunnya sesudah hijrah.

4.  Teori content analysis: teori yang mendasarkan kriterianya dalam membedakan Makkiyah dan Madaniyah kepada isi kandungan ayat/ surat. Dinamakan Makkkiyah karena ayat/surat tersebut berisi cerita umat dan para nabi. Sedangkan Madaniyah berisi tentang hukum.
Kelebihannya: kriterianya jelas dan mudah dipahami.
Kelemahannya: penentuan Makkiyah dan Madaniyah menurut teori ini tidak praktis, sebab harus mempelajari kandungan ayat kemudian baru bisa mengetahui kriterianya.

Dasar  penetapan surat Makkiyah dan Madaniyah:

1.        Aghlabiyah (mayoritas), yaitu:

 kalau suatu surat mayoritas ayatnya Makkiyah, maka disebut surat Makkiyah. Begitu pula sebaliknya.

2.        Taba’iyah (kontinuitas), yaitu:

 kalau permulaan suatu surat didahului dengan ayat-ayat yangn turun di Makkah/sebelum hijrah, maka suratnya disebut Makkiyah. Begitu pula sebaliknya.





Faedah mengetahui Makkiyah dan Madaniyah:

1.        mudah mengetahui mana ayat yang turun lebih dahulu dan yang belakangan.
2.        mengetahui mana ayat yang dinasakh dan menasakh.
3.        mengetahui sejarah pensyariatan hukum Islam.

4.        mengetahui hikmah disyariatkannya hukum Islam.
5.        menambah kepercayaan terhadap wahyu.
6.        meningkatkan keyakinan terhadap keaslian al-Quran.
7.        mengetahui tahap-tahap dakwah Islamiyah.
8.        mengetahui uslub-uslub al-Qur’an.
9.        mengetahui kondisi Makkah dan Madinah ketika ayat al-Qur’an turun.

CIRI-CIRI Makkiyah:

1.   Terdapat ayat sajdah.
2.   Berisi cerita para nabi dan umat terdahulu.
3.   Mengandung kisah Nabi Adam dan Iblis.
4.   Dimulai huruf tahajji (hijaiyyah).
5.   Suratnya pendek-pendek.
6.   Berisi pokok keimanan, hari akhir, surga, dan neraka.
7.   Diawali yaa ayyuhannaasu, yaa ayyuhalladi nakafaruu.
8.   Di awali lafal sumpah.

Ciri-ciri ayat Madaniyah:

1.   Mengandung tentang hukum.
2.   Berbicara tentang orang-orang munafik, ahlul kitab, Yahudi, Nasrani.
3.   Ayatnya panjang-panjang.
4.   Diawali dengan yaa ayyuhalladi na amanuu.
(Tulisan ini disampaikan dalam perkuliahan Ulumul Quran oleh dosen FAI-UMS. bapak Nurul Huda)

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar