aRtmGj9nYCRgAUanjInMp3gEbQOqXBW58gLhi6IP

Cari Blog Ini

Pages

Keteladanan Guru sebagai Metode Pendidikan Islam

MAKALAH
“Keteladanan Guru sebagai Metode Pendidikan Islam”
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.



Disusun oleh :
Vita Istiqomah / 12490087
Nursetyo Iswandani / 12490088
Luluk Maknunah / 12490089
Hayulia / 12490090

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2013



BAB I
PENDAHULUAN

            Dalam dunia pendidikan adanya pengajar atau guru menjadi tumpuhan utama perjalanan sebuah bangsa. Pendidikan yang setiap masanya dituntut untuk maju mengharuskan adanya komponen-komponen pendidik yang berkualitas. Salah satu komponen pendidik yang utama yaitu guru sebagai pemberi ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Selain memberikan teori-teori tentang ilmu pengetahuan sudah sepatutkan seorang guru memberikan contoh yang baik kepada peseta didiknya. Karena tak bisa dipungkiri peserta didik juga akan meniru tingkah laku, sifat, ataupun sikap gurunya yang dianggap sebagai orangtua kedua yang mereka percaya sebagai panutan mereka. Oleh karena itu, guru harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya.
            Tujuan pendidikan nasional adalah mewujudkan pendidikan yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangjkan potensi peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, kreatif, dan mandiri. Tujuan pendidikan nasional sangat tersebut sangat spesifik dan tegas memaparkan bahwa dalam hal mendidik juga mengajarkan untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Pengajaran tentang keimanan dan ketaqwaan ataupun mengenai pendidikan islam lainnya harus diimbangi dengan kualitas keteladanan seorang pengajar yaitu guru. Seorang guru harus bisa mencontohkan sikap ataupun perilaku yang baik kepada peserta didik dengan sasaran supaya peserta didik mampu mengamalkan teori-teori yang sudah diajarkan oleh gurunya.
            Keteladanan seorang guru menjadi metode pengajaran dalam pendidikan islam. Dalam pengajaran metode keteladanan sangat penting untuk dilakukan karena peserta didik mampu melihat secara langsung apa saja yang seharusnya dia lakukan dan secara langsung peserta didik akan meniru apa-apa yang dilakukan oleh seorang guru yang mereka anggap sebagai panutan kedua setelah orangtua.
            Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Keteladanan Guru sebagai Metode Pendidikan Islam”. Dengan tujuan pembaca dapat mendapatkan wawasan bahwa guru juga harus bisa menjadi teladan, contoh, panutan yang baik untuk peserta didiknya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Keteladanan Guru
                 Keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh, baik itu berbuatan, sikap, sifat, ataupun perkataan[1]. Sedangkan guru menurut UU RI NO 14 TAHUN 2005 yaitu pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
                 Jadi keteladanan guru adalah sesuatu yang patut ditiru oleh peserta didik yang ada pada gurunya. Guru disini juga dapat disebut sebagai subjek teladan atau orang yang diteladani oleh peserta didiknya.
B.       Metode Pendidikan Islam
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang nilai ajaran islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan [2]. Sedangkan pendidikan islam berarti proses kependidikan yang didasarkan pada nilai[3]. Dengan demikian, metode pendidikan islam dapat diartikan sebagai cara yang ditempuh dalam proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Adapun metode-metode dalam pendidikan islam, antara lain :

1.         Toriyqotul bil Mau’idhoh :metode mendidik peserta didik dengan memberikan nasihat-nasihat tentang ajaran-ajaran yang baik untuk dimengerti dan diamalkan.
2.         Toriyqotul bi kalamisgoriyhi :metode pendidikan islam dengan mengunakan perkataan yang jelas, sehingga setiap peserta didik yang mendengarkan perkataan itu dapat memahami sesuai yang di harapkan oleh yang berkata.
3.         Toriyqotul bil qudwatissholihah :metode pendidikan islam dengan cara pendidik/guru memberikan contoh-contoh teladan yang baik kepada peserta didik, agar ditiru dan dilaksanakan.
4.         Toriyqotul bil suw’aali limaaqoosiditta’liimi :metode pendidikan dan pengajaran islam dengan cara pendidik/guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang suatu masalah tapi dengan maksud untuk mengajar mereka.
5.         Toriyqotul bi riyadhotil athfaal : metode pendidikan dan pengajaran islam dengan cara pendidik/guru memberikan latihan-latihan atau tugas-tugas kepada peserta didik terhadap suatu perbuatan tertentu.
6.         Toriyqotul bil’ibroti wa bil qisshoh : metode pendidikan dan pengajaran islamdengan cara pendidik/guru mengajak peserta didik untuk merenungkan dan memikirkan kejadian-kejadian yang adaserta melalui kisah-kisah peristiwa yang telah terjadi dimasa lalu.
7.         Toriyqotul bi ttarghiybi wattarhiybi : metode pendidikan dan pengajara islam dengan cara pendidik/guru mempergunakan “tarqhib”(himbauan untuk berbuat baik) dan “tarhib”(menakut nakuti untuk tidak berbuat maksiat/kejahatan)kepada peserta didik.
8.         Toriyqotul bi muroo’aatil isti’daadi wathobiy’I :metode pendidikan dan pengajaran islam dengan cara pendidik/guru menjaga atau memperhatikan kesiapan-kesiapan, potensi-potensi, watak dan tabiat masing-masing peserta didik.
9.         Toriyqotul bi ttadarji : metode pendidikan dan pengajaran islam dengan cara pendidik/guru dalam menyampaikan materipendidikannya dilakukan secara berangsur-angsur/ sedikit demi sedikit sesuai dengan tingkat perkembangan pengalaman peserta didik.
10.     Toriyqotul minal mahsuwsi ilal ma’quwli : metode pendidikan dan pengajaran islam dimana peserta didik diajak berpikir dari hal-hal yang konkrit (nyata), dibawa kepada hal-hal yang abstrak yang hanya dapat dipikirkan , meskipun tidak berwujud (tidak nyata)

C.       Keteladan Guru sebagai Metode Pendidikan Islam
Metode keteladanan sering juga di sebut thoriqotu bil uswatul khasanah. Nabi Muhammad saw. Sebagai pendidik dan pengajar agung telah diberi anugarah predikat oleh allah swt sebagai uswatuh hasanah. Apabila ittiba’ kepada rasul, maka setiap pendidik atau guru muslim seharusnya berusaha agar dapat menjadi uswatun hasanah, artinya bisa menjadi contoh teladan bagi peserta didik khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya, meskipun diakui bahwa tidak mungkin sama seperti keadaan roulullah. Namun setidak-tidaknya, harus berusaha kearah itu.
Metode ini sangat tepat apabila digunakan untuk mendidik atau mengajar akhlak, karena untuk pelajaran akhlak dituntut adanya contoh teladan dari pihak pendidik atau guru itu sendiri. Terlabih bagi anak seusia sekolah dasar kebawah, yang masih didominasi oleh sifat-sifat imitasinya (serba meniru) terhadap apa yang di dengar dan diperbuat oleh orang-orang dewasa yang ada disekitranya.
Ibnu muqaffa (abu tauhid, 1990 : 88) dalam hubungannya dalam metode ini pernah mengingatkan “orang yang mengajar dan mendidik dirinya sendiri adalah yang paling berhak untuk dihormati dan dimuliakan daripada orang yang hanya mengajar dan mendidik orang lain”.
Maka tepat sekali apa yang dipesankan uyainah bin abi sufyan kepada guru yang mengajar anaknya (anwar jundi, 1975: 168) “hendaklah yang pertama-tama kalmu lakukann didalam memperbaiki anakmu, adalah perbaiki dulu dirimu sendiri. Karena sesungguhnya mata anak-anak itu hanya tertuju kapadamu. Maka, apa yag baik menurut mereka adalah apa yang kamu perbuat, dan apa yang jelek menurut mereka adalah apa yang kamu tinggalkan”. Pesan uyainah inu mempunyai hubungan yang erat dengan pentinganya metode alqudwatus solihah ini, karena guru menjadi sorotan mata peserta didik. Sehingga apa yang diperbuat oleh guru, apakah itu baik atau buruk akan member bekas yang kuat kepada peserta didik.
Anwar hundi dalam kitabnya “attarbiyah wa binaul ajyal fi dlauil islam (1975 : 168)” juga menghimbau kepada para pendidik atau guru agar memberikan cpntoh yang baik kepada peserta didik. Didalam praktek pendidikan dan pelajaran metode ini dilaksanakan dalam dua cara yaitu secara direct dan secara non-direct. Secara direct maksudnya bahwa pendidik atau guru itu sendiri harus benar-benar menjadikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik kepada peserta didiknya. Sedangkan secara nondorect maksutnya melalui kisah kisah atau riwayat orang-orang besar, para pahlawan, para shuhada, termasuk para nabi. Dengan mengambil kisah-kisah atau riwayat-riwayat yang demikian ini diharapkan peserta didik akan menjadikan tokoh-tokoh ini sebagai uswatuh hasanah[4].
     Adapun karakteristik guru teladan :
        1. Karakteristik Akidah, Akhlak dan Prilaku
Yaitu Guru harus mempunyai akidah yang bersih dari hal-hal yang bertentangan dengannya. Senantiasa merasa diawasi oleh Allah swt. (muraqabah) dimanapun berada, melakukan koreksi diri (muhasabah) atas kelalaian dan kesalahan. Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah hati), jangan sampai timbul perasaan ujub dan ghurur, karena orang yang tawadhu’ akan diangkatkan derajatnya oleh Allah Swt. Guru harus berakhlak mulia, berkelakuan baik, dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan hal itu, baik di dalam maupun di luar kelas. Mampu mengatur waktu dengan baik, sehingga tidak ada waktu yag terlewatkan tanpa mendatangkan manfaat duniawi dan ukhrawi. Senantiasa melandaskan niat ibadah kepada Allah ketika mengajarkan ilmu. Tidak semata-mata mengandalkan kemampuan dan usaha belaka dalam mengajar, tetapi juga berdo’a meminta taufiq serta pertolongan dari Allah Swt. Guru harus menjadi teladan siswa-siswa dalam segala perkataan, perbuatan dan prilaku. Guru harus selalu jujur, adil, berkata yang baik, dan memberi nasihat serta pengarahan kepada anak didik. Umar ibn Utbah, berpesan kepada pendidik anaknya: “Hendaknya dalam memperbaiki anakku, kamu perbaiki dirimu dahulu. Mata mereka mengikutimu. Yang baik menurut mereka adalah apa yang kamu perbuat. Dan yang buruk menurut mereka adalah apa yang kamu tinggalkan.”
        2. Karakteristik Profesional
Profesi guru adalah profesi yang sangat mulia.Risalah yang diemban guru sangat agung.Seorang guru harus memiliki bekal dan persiapan agar dapat menjalankan profesi dan risalahnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru dan dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, yakni sebagai berikut: Menguasai materi pelajaran dengan matang melebihi siswa-siswanya dan mampu memberikan pemahaman kepada mereka secara baik. Guru harus memiliki kesiapan alami (fitrah) untuk menjalani proses mengajar, seperti pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh ke depan, cepat tanggap, dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis. Guru harus menguasai cara-cara mengajar dan menjelaskan. Dia mesti menelaah buku-buku yang berkaitan dengan bidang studi yang diajarkannya.Sebelum memasuki pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu (materi).Maksud kesiapan mental dan fisik adalah tidak mengisi pelajaran dalam keadaan perasaan yang kacau, malas ataupun lapar.Kesiapan waktu adalah dia mengisi pelajaran itu dengan jiwa yang tenang, tidak menghitung tiap detik yang berlalu, tidak menanti-nanti waktu usainya atau menginginkan para siswa membaca sendiri tanpa diterangkan maksudnya, atau menghabiskan jam pelajaran dengan hal-hal yang tidak ada gunanya bagi siswa.Sedangkan maksud kesiapan ilmu adalah dia menyiapkan materi pelajaran sebelum masuk kelas. Dia menyiapkan apa yang dikatakannya. Sebiasa mungkin, dia menghindari spontanitas dalam mengajar jika tidak menguasai materinya.     
karakteristik ini adalah sebagai wahana refleksi (renungan) buat kita semua para guru.Untuk bisa sempurna 100 % memenuhi karakteristik, saya pikir hal yang mustahil, sebab manusia jauh dari kesempurnaan. Namun, paling tidak ini menjadi tolok ukur untuk terus melakukan yang terbaik buat murid-murid kita ke depan.
Masyarakat secara umum juga harus bijaksana dalam menilai guru, jangan dianggap bahwa guru itu adalah makhluk sacral (tidak pernah berdosa).Untuk itu kesalahan dari seorang guru bukan berarti karirnya yang terakhir sebagai seorang pendidik, guru juga butuh nasehat, kritik yang konstruktif sehingga kesempatan yang ada bisa menjadi wahana perubahan menjadi lebih baik.Wallahu a’lamu.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan Islam bertujuan untuk membina dan membentuk perilaku atau akhlak peserta didik dengan cara meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta pengamalan peserta didik terhadap ajaran Islam. Dalam berlangsungnya sebuah proses belajar menganjar  metode mempunyai peranan yang sangat penting.
Metode uswah adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi contoh-contoh (teladan) yang baik yang berupa prilaku nyata, khusunya ibadah dan akhlak. Metode keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang mempunyai pengaruh dan terbukti bisa dikatakan efektif dengan berbagai kelebihannya, meskipun juga tidak terlepas dari kekurangan, dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak .
Adapun karakteristik guru teladan :
        1. Karakteristik Akidah, Akhlak dan Prilaku
        2. Karakteristik Profesional
keteladanan yang baik adalah salah satu metode  yang bisa diterapkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini karena keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan, dan juga dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai-nilai pendidikan Islam terutama pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak.



DAFTAR PUSTAKA

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh; Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: al-Bayan, 1998).
mangun budiyanto, ilmu pendidikan islam,(Yogyakarta: ombak, 2013)
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004).


[1]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) Edisi ke-2 Cet. Ke-4, hal.129
[3] Budiyanto, Mangun. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta : Ombak.

[4] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh; Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: al-Bayan, 1998), h. 39 

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar